Selasa, 08 Februari 2011

Gowes to Cikole Lembang



































Gowes to Cikole Lembang

Jumat 4 Februari, saya, mas Dandun, mas Bakti berangkat menuju Bandung dengan menggunakan mobil Toyota Rush. sekedar info, mobil ini mampu membawa 3 sepeda di bagasi belakang. 
Kami memilih rute melalui tol TB. Simatupang keluar di tol pasteur Bandung. Cuaca hujan menemani selama perjalanan, mungkin karena bertepatan Imlek sehari sebelumnya.
Sesampainya di gerbang tol Pasteur Bandung pukul 20.00 WIB, kami langsung meluncur ke Jl. Merdeka untuk bersantap malam di Ayam Goreng Aep Merdeka. Setelah santap malam, perjalanan kami lanjutkan menuju tempat peristirahatan ( rumah om Eko ) yang kebetulan adalah teman SMP dari Om Dandun saat di yogya yang berlokasi di daerah heulis Kopo Bandung.
Setelah kurang lebih 1 jam, akhirnya kami sampai di rumah om Eko. Sambil berbincang mengenang masa-masa keemasan, kami diajak untuk makan malam (lagi) kemudian mandi dan tidur tepat pukul 00.00 WIB.
Tepat pukul 05.30 WIB kami bangun dan dikagetkan dengan berita meninggalnya mantan model, politisi dan olahragawan Adjie Massaid di usia 43 tahun karena serangan jantung usai bermain bola di stadion lebak bulus . ( Semoga arwah beliau diberi tempat yang terbaik disisi Allah SWT)
Setelah mandi & sarapan kami bergegas pergi menuju titik kumpul (tikum) di depan kampus ITB Bandung, perjalanan sekitar 30 menit dari rumah om Eko di Kopo.
Pukul 07.30 setelah kami memarkir mobil di lapangan parkir ITB, kami bertemu dengan pemimpin perjalanan. Om Ugi ( seorang editor dari majalah politik terkemuka di Indonesia ) dan langsung digiring menuju kampus UNPAD Dipati Ukur untuk menyewa mobil bak terbuka yang memang banyak mangkal disana.
Rupanya om Ugi tidak sendirian, om Ugi mengajak teman-teman goweser di bandung untuk turut serta di trip ini. Total 9 orang, 9 Sepeda diangkut oleh mobil bak ini dengan formasi 2 orang di depan, 7 orang lainnya dibelakang bersama sepeda. Agak keras memang duduk di belakang, tapi demi hobby kami rela melakukannya *sambil liat kiri – kanan takut ditangkep pak pulisi, hihi..
Sepanjang perjalanan kita disajikan pemandangan beragam, dari mulai jalan desa, perkebunan strawberi, sayur-sayuran, hingga hutan pinus. Kondisi jalan relatif baik (aspal berbatu ) hingga masuk kawasan Cikole, jalanan dihiasi batu-batu besar sehingga perlu ekstra hati-hati, terutama yang punya bisul di pantat ( dijamin pecah ) hehe..



Cikole – Curug Layung
Tepat pukul 10.00 wib, setelah berdoa bersama yang dipimpin om Ugi, 9 goweser memulai perjalanan dengan menelusuri hutan pinus cikole dengan cuaca yang sangat sejuk disertai angin pegunungan, seakan mengucapkan selamat datang pada kami semua.
Kondisi trek di dalam hutan di dominasi oleh tanah, bebatuan kecil dengan variasi jalan besar dan single trek, sesekali kita melewati jalur air dan pohon tumbang yang menghalangi jalan. Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan di dalam hutan, kita melewati perkebunan teh sukawarna, disinilah kita beristirahat sejenak untuk menikmati pemandangan kebun teh dan top view kota Bandung.
Setelah mengambil beberapa foto untuk kenang-kenangan, kembali kami melanjutkan perjalanan. Kali ini target kami adalah Curug Layung. Sebuah curug yang berada diatas gunung mengaliri perkebunan disekitarnya.
Jalan menuju Curug layung tidaklah mudah. Rintangan pertama adalah menuruni bukit sekitar 3 meter ke bawah dengan kondisi single trek dan berliuk, Alhamdulillah kami berhasil menuruni bukit ini dengan selamat dengan cara kami masing-masing. Tantangan berikutnya adalah melewati jalur pipa air dengan kondisi singe trek yang basah, terpaksa kami menuntun sepeda kesayangan karena alasan keselamatan. Belum selesai ujian yang harus dilalui, kondisi jalan pun mulai menanjak. Tak jarang kami memikul sepeda untuk menaiki anak tangga yang terbuat dari tanah dan akar.
Hingga sampai di pertigaan curug dua, kami terpaksa memikul sepeda hingga turun ke bawah. Dengan semangat kami menuruni anak tangga berharap untuk segera sampai di curug / air terjun, justru kabar buruk yang kami dapat dari leader kami. “Sori kita salah jalan, ternyata jalan buntu. Cuma ada jalan untuk pejalan kaki untuk mencapai air terjun, ucap om Ugy” terpaksa kita balik arah, kebayang kan ujiannya seperti apa untuk naik lagi ke atas ?? Hehe..
Setelah kembali ke ‘jalan yang benar’, akhirnya tepat pukul 12.00 rombongan goweser sampai di Curug Layung, disambut dengan pemandangan air terjun kecil dan bebatuan besar, semua rasa letih kami pun hilang dalam sekejap. Sambil memuji karya Tuhan yang indah ini, kami manfaatkan untuk beristirahat di tempat ini. Beragam kegiatan dapat dilakukan di Curug ini, mulai dari berendam, berenang hingga mencuci sepeda dapat dilakukan disini. Airnya bersih dan sangat dingin tapi tidak menyiutkan nyali kami untuk berendam bersama sepeda sambil bergaya di depan kamera, narsis dot kom!

Curug Layung – Situ Lembang
Setelah 1 jam beristirahat, perjalanan dilanjutkan. Kali ini situ lembang sebagai tujuan kami. Tidak mudah untuk mencapai situ lembang. Jalan makadam ( variasi batu besar dan kecil ) terhampar panjang sepanjang perjalanan menuju situ lembang. Melewati komplek latihan kopasus, dengan kondisi jalan makadam menanjak, pohon pinus di kanan kiri, seperti di film-film kemerdekaan kala melawan Belanda Dhoeloe. Terlihat jargon di depan pintu masuk kawasan ini “ Kalo ragu, Kembali Sekarang Juga “. Serem ya jargonnya? Namanya juga tempat latihan nembak, hehehe..
Akhirnya kami tiba di Situ Lembang! Pemandangan indah hutan pinus dan situ / danau memukau kami untuk memandang danau yang berada ditengah pegunungan ini sambil menghabiskan bekal makanan.
Disinilah kami asyik ngobrol dengan salah satu anggota Kopassus Indonesia ( maaf penulis lupa mencatat nama dan pangkatnya ) tentang penjara Nusa Kambangan dengan hutan asrinya yang konon bisa ditempuh dengan sepeda. Sekedar mengingatkan, beliau pernah memimpin operasi pembuangan ular sebanyak 1 kontainer di hutan nusa kambangan, tujuannya untuk melestarikan ular-ular tersebut dari kepunahan dan ‘menjaga’ daerah tersebut dari tawanan yang kabur ke hutan kali yaaa..hehehe..

Situ Lembang - Parongpong
Inilah tujuan yang paling dinanti. Apalagi kl bukan warung makan?? Perlu dicatat selama perjalanan, warung makan adalah hanya fatamorgana. Goweser patut membekali diri dengan makanan dan minuman yang cukup di ransel.
Perjalanan menuju Parongpong cukup mengasikkan. Kami mengambil jalur awal, melewati komplek latihan Kopassus – Plang Komando – Parongpong. Turunan macadam tersaji menawan disini.
Sekitar 1 jam perjalanan di dominasi turunan dengan kontur batu-batuan hingga aspal. Bisa dibayangkan kan betapa gemetarnya?? Disini spec onderdil berbicara, ada yang lulumpatan dengan nyaman sambil siul-siul, ada yang konsentrasi penuh dengan tangan gemeteran, ada yang pegel bejek tuas rem ( ada yang pake V brake loh! ), ada yang harap – harap cemas takut RDnya lepas, dan masih banyak lagi pemandangan aneh lainnya. Silahkan kira-kira anda masuk kelompok yang mana?
Sampai di Parongpong, rombongan melewati Kampus UNAI ( Universitas Nasional Advent Indonesia ), komplek latihan berkuda milik polisi ( kalo gag salah ), turun ke bawah ketemu warung makan Sida Mulya yang menyediakan menu khas parahyangan, apalagi kalo bukan lalap dan teman-temannya? Resto ini sangat rekomended untuk para goweser. Pelayanan cepat, sambelnya enak, sayurannya seger, petenya juga, harganya terjangkau. Total untuk 9 orang Cuma 200 ribu! * penulis tidak mendapat seperak pun untuk menulis ini, hanya teringat dengan pete gorengnya yang muantab J
Parongpong – ITB Bandung
Selesai menyantap makan siang yang kesorean menurut kami ( pukul 16.00 WIB ), kami meluncur (lagi) menuju kampus ITB yang berada di daerah Dago. Perjalanan kali ini sungguh mengasikkan, karena jalan aspal yang cukup mulus dan turunan yang tiada henti. Kalau ada yang pernah ajak pacarnya ke resto Kampung Daun atau The Peak Bandung, pasti sudah hafal jalan ini. Ya, betul sekali. Kita melewati jalan parongpong, resto kampong daun, tempat wisata kampong gajah hingga keluar di terminal ledeng. Sampai di terminal ledeng, rombangan menuju ke dago melewati kampus ENHAI ( maaf kalo salah ketik ), turun ke cihampelas, babakan siliwangi, taman sari dan berakhir di kampus ITB.
Jika membawa nyali yang cukup, sepanjang jalan ini kita dapat menembus top speed 50 km/jam dengan sepeda dengan nyaman ( di sepanjang jalan parongpong sebelum terminal ledeng ). Jika tidak, cukup menikmati udara yang sejuk sambil mengistirahatkan kaki diatas sadel. Inilah salam perpisahan dari kota Bandung untuk kami semua, dijamin anda akan ketagihan!
Rute Dropping :
Kampus ITB – Dipati Ukur – Dago Atas – Dago Giri –Maribaya – Langensari – Lembang – Cikole
Rute Gowes :
Cikole – Hutan pinus Jayagiri – kebun teh sukawarna – curug layung – lawang angin- komp. Latihan kopasus – situ lembang – parongpong – ledeng- cihedeung – setiabudi – cihampelas – babakan siliwangi – taman sari – kampus ITB
Biaya :
  1. Tol Simatupang – Pasteur : Rp. 85.000 (pp)
  2. Sewa mobil bak : Rp. 200.000 / trip
  3. Bensin : Rp.160.000 ( pertamax ), masih sisa ½ Bar sampe cinere
  4. Parkir ITB ( 08.00 – 17.00) : Rp. 2.000 aja gan! Murah pisan euy..hehe
Waktu perjalanan :
  1. Jakarta – Bandung via Tol : kurang lebih 2.5 jam
  2. ITB – Cikole dengan mobil bak : 1.5 jam
  3. Rute sepeda ( Cikole – Curug layung - Situ lembang ) : 6 jam, berikut istirahat
  4. Parongpong – ITB : 1 jam
Kondisi Trek :
50% di dominasi oleh macadam ( jalan berbatu ), 25 % jalur tanah / air, 25 % aspal berbatu hingga halus.
Wajib dibawa :
  1. Visa! Alias izin dari komandan di rumah. Mengingat perjalanan cukup jauh, sebaiknya menghindari janji surge untuk tiba di rumah sore hari, kecuali untuk anda yang tinggal di daerah Bandung dan sekitarnya.
  2. Makanan dan Minuman. Mengingat sepanjang perjalanan kita tidak akan menemui warung, sebaiknya anda mempersiapkan diri sebaik-baiknya, dengan sarapan bergizi dan perbekalan yang cukup.
  3. Jas Hujan.
  4. Peralatan emergency ( pompa, ban dalam, kunci rantai, rantai cadangan, dll)
  5. Lebih nyaman menggunakan ban lebar, minimum 2.00,karena kita banyak menemui jalan turunan dan makadam
  6. Safety kits
  7. Kamera
  8. P3K / obat-obatan / balsam dan teman-temannya.